Perkenalanku denganmu memang suatu hal yang tidak disangka, berawal dari sekedar iseng tapi menimbulkan rasa yang luar biasa. Jarakmu yang jauh tak pernah menjadi penghambat komunikasi kita. Sapaan ramah yang kau berikan dan sikapmu yang lembut dan humoris hadirkan perasaan nyaman dalam diriku yang tak pernah kutemukan pada yang lainnya.
Waktu, membawaku mulai menaruh rasa untukmu. Meski kita sudah sepakat dalam sebuah ikrar pertemanan. Sosokmu tak pernah lepas dari ingatanku, meski sudah berulang kali aku memendam perasaan ini namun rasanya sangat sulit. Aku pernah memutuskan untuk menunggu ketika kau memilih orang lain untuk kau bahagiakan. Tapi kurasa semua sia-sia. Kau tak pernah mau mengerti bagaimana rasanya aku.
Waktu, membawaku mulai menaruh rasa untukmu. Meski kita sudah sepakat dalam sebuah ikrar pertemanan. Sosokmu tak pernah lepas dari ingatanku, meski sudah berulang kali aku memendam perasaan ini namun rasanya sangat sulit. Aku pernah memutuskan untuk menunggu ketika kau memilih orang lain untuk kau bahagiakan. Tapi kurasa semua sia-sia. Kau tak pernah mau mengerti bagaimana rasanya aku.
Aku pernah membuang rasa ini jauh-jauh darimu, dengan membuka pintu untuk orang lain. Aku beranjak untuk tak lagi perdulikanmu, tapi semua usaha itu terasa tak berguna, setiap kali kau datang menghubungiku cinta dan sayang itu muncul kembali bahkan terasa lebih kuat dari sebelumnya. Aku menyerah untuk berusaha memendam perasaanku. Karna kau telah mampu mengambil hati ini dan duniaku untuk tak berpaling darimu. Namun, sampai saat ini aku tak pernah mengerti bagaimana rasamu terhadapku.
Memaksamu mencintaiku?
Tentu tidak, aku tak mungkin menyiksa orang yang aku sayangi untuk mencintaiku. Aku ingin semuanya mengalir natural. Aku hanya berusaha dan meminta kepada Tuhan agar suatu hari nanti, dirimulah yang datang dan mengucapkan ikrar sakral ijab qabul di sampingku.